Senin, 18 Agustus 2014

Tagged Under:

KEMERDEKAAN SUBTANTIF

By: Unknown On: 11.26
  • Share The Gag



  • Kemerdekaan yang diraih oleh Republik Indonesia tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta yang dianggap sebagai tokoh sang pelopor utama meskipun masih ada tokoh-tokoh yang lain dengan melalui perjuangan yang panjang, gigih, penuh air mata dan darah untuk melawan dan mengusir para penjajah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh para pejuang-pejuang Bangsa yang rela mengorbankan diri, keluarga dan nyawanya untuk membebaskan Bangsa Indonesia dari keterjajahan kaum Kolonial, sehingga banyak melahirkan sosok-sosok para pahlawan mulai dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai gelar kepahlawanan seperti pahlawan nasional sampai pahlawan revolusi sebagai bentuk penghargaan dan jasa mereka yang telah memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
    Pasca kemerdekaan itu Bangsa Indonesia mengalami beberapa kali masa transisi mulai dari era Orde Lama (ORLA), Orde baru (ORBA), sampai era Reformasi sekarang ini dengan dinamika yang berbeda mulai dari sistem kepemerintahan dan pergantian kepemimpinan yang terus menerus, sehingga Bangsa Indonesia merasakan pahit-manisnya perjuangan dan pengorbanan penghuni Tanah Ibu Pertiwi ini. Kini hal itu patut rakyat Indonesia syukuri berkat kepahlawanan mereka sehingga NKRI bisa ditegakkan dan dinikmati secara bersama-sama. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh rakyat Indonesia adalah dengan cara mengisi kemerdekaan ini dengan terus berkarya, mempelopori, memperkarsai, mengkreasikan untuk memajukan Bangsa Indonesia dalam segala bidang apapun. Pemerintah harus senantiasa mendorong dan mewadahi segala kebutuhan dan keperluan masyarakatnya tanpa dukungan dan dorongan dari siapapun bahkan Negara sekalipun rakyat akan kesulitan untuk berkarya dan memperjuangkan Bangsa-nya, meskipun hal itu bukanlah menjadi orientasi utama ataupun bahkan menjadi kendala untuk tetap terus berkarya tanpa dukungan Negarapun masyarakat Indonesia akan tetap bisa berkarya. Tetapi idealnya dukungan itu harus senantiasa ada yang sifatnya kostruktif, produktif integrasi antara rakyat dan Negara dalm menopang dan mempermudah kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa Indonesia.

    Realitas Bangsa Indonesia
    Bangsa Indonesia kini dalam situasi dan kondisi yang damai jauh dari penjajahan fisik yang pernah dilakukan oleh kaum penjajah. Tetapi pada realitasnya kompleksitas persoalan bangsa yang semakin hari kian membumbung tinggi dan bahkan membahayakan eksistensi Republik Indonesia dan mencederai hasil kemerdekaan itu baik persoalan Sosial, Ekonomi, Politik, Pendidikan dan Budaya yang marak terjadi ditengah kehidupan kita.
    Persoalan Bangsa yang sudah terstruktur mulai dari kalangan Elit sebagai penyelenggara negara dsb dengan berbagai persoalan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), krisis moralitas, dsb sampai kalangan Nonelit  masyarakat bawah dengan berbagai persoalan seperti Kesenjangan sosial (kemiskinan, busung lapar,  kekurangan lapangan kerja dsb), Patologi Sosial (kriminal, narkotika, narkoba dsb).
    Dan persoalan yang paling serius ditengah Bangsa ini adalah persoalan kemiskinan yang masih marak terjadi ditengah masyarakat kita dan masih banyak lagi persoalan Bangsa yang lainnya, meskipun sejauh ini Bangsa Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menuntaskan persoalan itu, tetapi faktanya masih banyak pengangguran di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pengangguran di Indonesia mencapai 7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang.Sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80 juta orang (Tribunnews.com; rabu, 6 november 2013). Ini menandakan bahwa Bangsa Indonesia dalam kondisi mengkhawatirkan dan bisa menyebabkan Indonesia menjadi Negara “gagal”.
    Tetapi itu semua bukanlah hanya negara yang harus disalahkan tetapi merupakan kesalahan, kegagalan dan tanggung jawab kita semua, untuk masyarakat dan Negara harus lebih giat lagi untuk mencarikan solusinya demi perbaikan bangsa Indonesia kedepan untuk meraih cita-cita yang diimpikan oleh masyarakat dan Bangsa Indonesia.

    Utopiskah Kemerdekaan Subtantif itu?
    Di antara persepsi masyarakat ketika ditanya seperti apakah anda memahami kemerdekaan itu? pasti ada yang menjawab telah terbebas dari penjajahan kolonial tapi ada juga yang menjawab bahwa Bangsa Indonesia tidak sepenuhnya merdeka disebabkan masih banyak rakyat Indonesia yang mengalami kesenjangan sosial, patologi sosial dsb. sehingga belum bisa dikatakan sudah merdeka sepenuhnya.  
    Pertanyaan kemudian apakah rakyat sudah merasakan dan menikmati kemerdekaan subtantif itu? Ataukah hanya sekadar mitos, janji kemerdekaan kita dan janji kaum penguasa kita.
    Kemerdekaan subtantif itu merupakan hakikat daripada sebuah kemerdekaan dimana manusia memperoleh kebahagiaan, kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, kedamaian, toleransi dalam beragama, Negara yang kuat dan mandiri terbebas dari intervensi asing, pendidikan yang berkualitas, politik yang etis dan beretika, budaya yang berwibawa dan perilaku sosial yang bersahaja dan mampu terintegrasi secara menyeluruh dalam berperilaku disegala bidang kehidupan dan menciptakan nilai-nilai moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan, menjaga persatuan dan kesatuan yang hakiki baik lahir maupun batin didunia dan akhirat.
    Tentunya bangsa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah dan harapan untuk merubah itu semua asalkan rakyat dan bangsa Indonesia senantiasa tetap berkomitmen dan konsisten dalam menyelesaikan persoalan itu. Dan ingat tidak ada sesuatu yang utopis terkait yang dialami oleh Bangsa hari ini asalkan dengan satu catatan komitmen bersama dalam segala hal. Setiap manusia tentunya menginginkan sebuah kemerdekaan baik kemerdekan lahiriah dan batiniah. Dua hal itu merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    0 komentar:

    Posting Komentar